|
AKSI NYATA MODUL 3.3 Pengelolaan Program
Sekolah yang Berpihak pada Murid |
KETERAMPILAN
BATIK TULIS SEBAGAI PENGEMBANGAN LIFE SKILL
BAGI
SISWA KELAS ATAS SDN TUMENGGUNGAN SURAKARTA
|
A. PERISTIWA (FACT) 1. Latar Belakang Pembelajaran
life skill (keterampilan kecakapan hidup) merupakan salah satu program
pembelajaran tambahan yang harus diberikan di sekolah jenjang manapun. Di SDN
Tumenggungan, pembelajaran life skill sudah lama dimasukkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler bagi siswa. Namun jenis kegiatannya bisa berbeda di setiap
tahun, bergantung pada kesiapan sarana dan sumber daya sekolah yang tersedia.
Pada akhir semester ini program ekstrakurikuler membatik dengan Teknik tulis
dirintis di kelas V sebagai kegiatan praktik bagian dari materi Tema 9 muatan
SBdP. Membuat batik tulis dapat menumbuhkembangkan
karakter kreatif, mandiri, dan bergotong royong. |
Program membatik ini sebelumnya telah disosialisasikan kepada siswa, dan mendapatkan persetujuan serta dukungan penuh dari wali murid.
Dalam penentuan pelaksanaan kegiatan ini, siswa dilibatkan dalam perencanaan, penyiapan alat bahan, hingga proses membatik selesai. Aktivitas ini tentu melibatkan 3 aspek kepemimpinan murid, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Voice, dimana siswa berkesempatan menuangkan ide kapan dan bagaimana kegiatan membatik akan dilakukan.
- Choice, yaitu siswa yang menentukan pemilihan tema pada pola batik yang Digambar. Siswa juga menentukan sendiri teman dan kelompok dalam mengerjakan karyanya, karena keterbatasan peralatan menjadikan mereka harus berbagi dalam kelompok.
- Ownership, dimana siswa memiliki tanggung jawab untuk mengelola semua alat dan bahan yang mereka gunakan dengan baik. Selama berkarya, semua siswa menunjukkan keseriusan dan kedisiplinan dalam bersikap, mengusahakan yang terbaik pada batik yang mereka buat.
2. Alasan Pemilihan Program Membatik
Batik
merupakan salah satu karya tradisional asli dari Surakarta. Inilah yang menjadi
alasan utama pemilihan program yang diharapkan berdampak positif pada murid SDN
Tumenggungan. Alasan lain adalah peralatan dan bahan yang diperlukan mudah
didapat, relative murah dan dapat dipakai dalam jangka panjang.
Proses
yang Dilakukan :
a.
Membuka dialog antara guru kelas dengan Kepala Sekolah
b.
Guru berdiskusi dengan murid tentang teknis
pelaksanaan program.
c. Guru berdialog dengan wali murid untuk membuka peluang
kontribusi wali murid
d.
Persiapan alat dan bahan, dilakukan oleh guru dan wali
murid secara kolaborasi.
e. Time line pelaksanaan kegiatan :
8 – 9 Juni
: Membuat pola batik pada kain
13 Juni :
Pelilinan (Nglowong/nyanthing)
14
Juni : Pewarnaan (dengan pewarna batik)
15 Juni : Mengeblok/nembok (mewarna dasar pada kain)
16 Juni : Pelapisan waterglass dan pencelupan (nglorot)
Proses membuat pola pada kain
Tahap Pewarnaan/Nyloret
Tahap Pengeblokan/Nembok
Pelapisan Waterglass
3. Hasil dari Program Membatik
Batik
hasil dari karya siswa cukup berdiferensiasi. Ada beberapa yang sudah bagus,
namun ada pula yang kurang bagus karena mereka pada taraf belajar.
Hasil
lain yang dapat dipetik adalah dengan terlaksananya kegiatan ini kerjasama
murid semakin kuat, Persahabatan antar murid tidak tersekat, semua dapat
berbaur dan saling bantu untuk menyelesaikan karya batik mereka.
B. PERASAAN (FEELING)
Ketika
saya melakukan aksi nyata berupa program membatik tulis ini, saya cukup yakin
dapat membawa semangat positif pada murid-murid saya. Saya bersemangat dan
berpikiran positif, bahwa proses akan berjalan baik dan sesuai rencana.
Setelah
selesai pada proses terakhir, perasaan saya cukup puas dan lebih bersemangat
lagi untuk melanjutkan dan membawa kegiatan belajar membatik ini menjadi
program ekstra kurikuler sekolah, tidak hanya khusus bagi murid kelas V, namun
bagi semua murid SDN Tumenggungan yang tertarik untuk belajar membatik tulis.
C. PEMBELAJARAN (FINDING)
Proses
kegiatan membatik yang baru pertama kali dilakukan di SDN Tumenggungan ini
cukup berhasil, meski ada beberapa murid yang bersikap kurang kooperatif dengan
mengganggu teman lain atau kurang tertib saat bekerja.
Hasil
akhir batik yang telah dicelup dan dikeringkan ternyata kurang maksimal. Hal
ini disebabkan karena saat melapisi waterglass, kain batik belum benar-benar
kering setelah pengeblokan.
Hal
positif yang saya temukan tentu lebih besar dibandingkan dengan kendala yang
muncul. Saya melihat antusiasme murid-murid saya dalam berkarya. Sangat Nampak
aspek kepemimpinan murid dalam sikap dan perilaku mereka, dimana mereka dapat
bertanggung jawab dengan semua aktvitas mereka hingga proses selesai. Kesalahan
yang mereka buat, seperti menumpahkan pewarna, mengotori ruangan, mereka
selesaikan dan perbaiki secara mandiri tanpa merepotkan satu sama lain.
D. PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)
Sebagai
kegiatan rintisan program life skill, membatik ini akan kami lanjutkan pada
semester depan sebagai program ekstra kurikuler sekolah.
Saya
Bersama Kepala Sekolah dan rekan guru lainnya, akan mengembangkan program ini,
dan ke depan kami berharap Membatik Tulis dapat menjadi program unggulan di
sekolah kami. Sebagai kearifan local asli Solo, batik tulis memiliki nilai
ekonomi cukup tinggi. Dengan menguasai salah satu keterampilan karya seni
tradisional asli Solo, diharapkan dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber
pendapatan murid-murid sekolah kami kelak setelah lulus sekolah.
Dokumentasi kegiatan belajar membatik dapat dilihat pada link youtube berikut :
https://youtube.com/watch?v=KPspL-2gaOk&feature=share
Demikian aksi nyata saya, semoga bermanfaat.
Terima kasih...
Rikana
Sulistyaningrum, S.Pd, M.Pd
CGP
Kota Surakarta – Angkatan 4